Jangan Lakukan 6 Hal Ini Jika Ingin Mendapatkan Pekerjaan Impian

<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan impian merupakan suatu hal yang cukup berat mengingat perusahaan sangat selektif dalam memilih calon karyawan, oleh karena itu bukan saatnya bagi Anda untuk bersantai karena kesempatan yang ada bisa saja hilang karena sikap Anda yang kurang memperdulikan hal tersebut.</span></span><br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6hOk75AjV7jGrsyRmYpoQ18wg8vU7-ZHgrQfysPWbxEdmThYwqAu0Cmrta4-09vd81nXdr1qR_Y54gmuHFqqVRXTiZok3ImA3n5zPkiRUznPsaiWd-Ced5v7Ie7mrM9Q4PVisWQndJjh6/s1600/267814_307711069351930_1606127923_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6hOk75AjV7jGrsyRmYpoQ18wg8vU7-ZHgrQfysPWbxEdmThYwqAu0Cmrta4-09vd81nXdr1qR_Y54gmuHFqqVRXTiZok3ImA3n5zPkiRUznPsaiWd-Ced5v7Ie7mrM9Q4PVisWQndJjh6/s1600/267814_307711069351930_1606127923_n.jpg" /></a></div> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br /><br />Berikut 6 hal yang sebaiknya tidak Anda lakukan untuk mendapatkan pekerjaan impian:<br /><br /><b>Tidak Percaya Diri</b></span></span><br /> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b> </b><br />Seringkali merasa tidak berharga dan menyerah dalam melakukan sesuatu, menyalahkan diri dan suka membandingkan diri dengan orang lain hanya akan menambah tekanan kepada diri Anda. Proses pencarian pekerjaan Anda mungkin lebih lama dari yang Anda bayangkan, akan tetapi yakinlah bahwa dengan keteguhan dan kesabaran akan tiba waktu Anda mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.<br /><br /><b>Tidak Fokus</b><br /> </span></span><br /> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Salah satu kesalahan terbesar dalam proses mencari pekerjaan impian adalah tidak fokus pada tujuan Anda. Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk mencari pekerjaan yang Anda inginkan? Mungkin Anda lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain-main dibandingkan mencari pekerjaan. Habiskanlah waktu setidaknya 20 jam setiap minggu untuk mencari pekerjaan yang Anda inginkan.<br /><br /><b>Pendekatan Shotgun</b> </span></span><br /> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Apakah Anda tipe orang yang secara asal melamar pekerjaan? Hal ini bukanlah suatu strategi yang efektif untuk mendapatkan pekerjaan impian. Cara terbaik untuk melamar pekerjaan adalah dengan mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan serta kemampuan yang Anda miliki, HRD yang membaca CV Anda juga akan tahu bahwa Anda cocok untuk menempati lowongan yang sedang dibuka.<br /><br /><b>Memiliki Kemampuan Networking yang lemah</b> </span></span><br /> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam dunia para pencari kerja networking merupakan suatu hal yang memegang peranan penting dalam perkembangan karier seseorang, jika tidak mengenal orang yang tepat akan terasa sangat sulit untuk mendapatkan suatu pekerjaan, sebaliknya jika Anda mengenal orang yang tepat maka mendapatkan pekerjaan akan menjadi suatu hal yang sangat mudah.<br /><br /><b>Kurang Persiapan</b> </span></span><br /> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Banyak orang gagal mendapatkan pekerjaan dikarenakan tidak mau berkorban dan bekerja lebih keras, salah satu faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan Anda mendapatkan pekerjaan adalah dengan mengenali sedikit lebih jauh perihal perusahaan sebelum Anda menjalani sesi interview.<br /><br /><b>Terlalu Diam</b> </span></span><br /> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Terkadang kandidat karyawan terlalu tegang pada saat sesi interview sehingga mereka tidak memberikan pertanyaan apapun. Jangan sampai hal ini terjadi pada Anda, bagi beberapa HRD tidak memiliki pertanyaan berarti Anda tidak tertarik dengan posisi yang ditawarkan. Jika And pikirkan banyak sekali pertanyaan yang dapat Anda tanyakan kepada HRD seperti posisi yang ditawarkan, pekerjaan Anda, dan lain-lain.<br /></span></span>

Jangan Lakukan 6 Hal Ini Jika Ingin Mendapatkan Pekerjaan Impian

Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan impian merupakan suatu hal yang cukup berat mengingat perusahaan sangat selektif dalam memilih calo...

.

Gen Purba Orang Nias

<div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span><strong>Suku Nias gen yang berkerabat dekat dengan penduduk Taiwan. Rumpun ketiga yang baru ditemukan.</strong></span></span></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span><strong> </strong></span></span></span></div> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span>Tulisan H.J.T. Bijlmer di jurnal Genetica terbitan 1943 membuat Mannis van Oven tak henti memikirkan Nias. Peneliti biologi molekuler asal Belanda itu terperenyak mengetahui sebagian besar penduduk Nias bergolongan darah O. Orang Nias seolah-olah berbeda sendiri dibanding etnis lain yang menempati Asia Tenggara.</span></span></span></div> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> <br /><span>Pikiran Van Oven bergerak liar. Pria 30 tahun itu curiga orang Nias memiliki sejarah yang melenceng ketimbang orang Indonesia pada umumnya. Kecurigaan menggiringnya membuat penelusuran darah… <a href="http://www.sman1gst.sch.id/index.php?id=berita&kode=40">selengkapnya</a></span></span></span>

Gen Purba Orang Nias

Suku Nias gen yang berkerabat dekat dengan penduduk Taiwan. Rumpun ketiga yang baru ditemukan.   Tulisan H.J.T. Bijlmer di jurnal Gen...

.

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) TP. 2013/2014

<div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Berdasarkan Surat dari Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor : 776/D2/DM/2013 tanggal 12 April 2013 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru SMA Tahun 2013, dan Surat Kepala Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli nomor : 420/1811-OP/2013 tanggal 14 Mei 2013, dan Surat Nomor : 421.3/2070-OP/2013 tanggal 31 Mei 2013 tentang PPDB 2013/2014, maka SMA Negeri 1 Gunungsitoli menerima Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan informasi persyaratan dan ketentuan bisa diakses pada  : <a href="http://sman1gst.sch.id/">http://sman1gst.sch.id/</a></span></span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq17bqgW062G3uy6Kc3JoUjDDuV63Vt9qwMYo5BRza9lFlMEYJlNYc56FFxf8u7mK-g3eXPGArZ-NxFpLtGCULH6SE-5YFvrN-6kJbcjP8LdDVpLhKtmYo3ezX8IvKz9oCT1LYZR_u8MY/s1600/PPDB2013.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq17bqgW062G3uy6Kc3JoUjDDuV63Vt9qwMYo5BRza9lFlMEYJlNYc56FFxf8u7mK-g3eXPGArZ-NxFpLtGCULH6SE-5YFvrN-6kJbcjP8LdDVpLhKtmYo3ezX8IvKz9oCT1LYZR_u8MY/s320/PPDB2013.gif" width="320" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div>

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) TP. 2013/2014

Berdasarkan Surat dari Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor : 776/D2/DM/2013 tanggal 12 Ap...

.

Tipe Guru dalam Mendisiplinkan Siswa

<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Disiplin kelas, tata tertib kelas,  pengendalian kelas, manajemen kelas atau apapun namanya, merupakan hal yang amat krusial bagi seorang guru. Apabila seorang guru tidak mampu memelihara disiplin dalam kelas maka kemungkinan proses pembelajaran akan mengalami kegagalan. Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk menciptakan sebuah lingkungan belajar yang kondusif.</span></span> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhopeg7I8MfPlZUKdntI3wb0euMHaTjYe9fipq_lV_pWjCJx_V75S0826lMZfuRGxUK9-82NrWreiHYwD_zZZpssO9qYCuwygZE7aY1L1e0ihXTunhOLBMdpGSvR_UgwrqonJghrXsdW4/s1600/tut-wuri-handayani++JPEG.jpg" /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sebagai agen sosialisasi (<i>socialization agent</i>), guru hendaknya membelajarkan siswa  tentang berbagai perilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi. Dalam berinteraksi dan berkomunikasi  dengan siswa, guru menyampaikan berbagai pesan kepada siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan situasi yang diharapkan di kelas.</span></span></div> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Terdapat 4 (empat)  hal penting untuk mencapai kesuksesan di kelas:</span></span></div> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span> <ol> <li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Guru perlu merencanakan secara matang pendekatan individual dalam mendisiplinkan siswa.</span></span></li> <li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Guru harus memahami secara baik berbagai teori disiplin, beserta asumsi yang mendasarinya.</span></span></li> <li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Guru memahami nilai-nilai dan filsafat pendidikan yang diyakininya.</span></span></li> <li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Guru  harus mampu menentukan pendekatan disiplin yang sejalan dengan keyakinan siswanya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan siswa dan konflik personal.</span></span></li> </ol> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sesungguhnya, banyak teori  tentang disiplin yang bisa kita terapkan, salah-satunya adalah  teori <i>Inner Discipline</i> yang digagas oleh Barbara Coloroso. Dalam upaya mendisiplinkan siswa di kelas (sekolah), Coloroso mengemukakan 3 (tiga) kategori guru (dalam tulisan ini saya menggunakan istilah tipe guru), yaitu: (1) <i>Brickwall  Teacher</i> (Guru Tembok Bata); (2) <i>Jellyfish Teacher</i>  (Guru Ubur-ubur); dan (3) <i>Backbone Teacher</i> (Guru Tulang Punggung). Berikut ini disampaikan penjelasan singkat dari ketiga tipe tersebut:</span></span></div> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span> <ol> <li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Guru Tembok Bata (<i>Brickwall  Teacher</i>). Guru tipe ini berusaha membatasi dan mengendalikan siswa secara ketat,  menganggap siswa sebagai bawahan dan kerap menghina siswa. Disini tidak ada wilayah abu-abu, yang ada hanyalah dikhotomi antara hitam dan putih. Guru tipe ini mengoperasikan tugas dalam suasana ketakutan, melalui aturan tetap dan kaku, menekankan ketepatan waktu, kebersihan dan ketertiban.  Dalam proses pembelajaran sering mematahkan kehendak siswa, menekankan ritual dan hafalan, lebih mengandalkan pada kompetisi dan mengajarkan tentang  apa yang harus dipikirkan daripada bagaimana berpikir (<i>what to think rather than how to think</i>). Guru Tembok Bata (<i>Brickwall  Teacher</i>) kurang memberi kepercayaan kepada siswa untuk mengembangkan <i>Inner Discipline-</i>nya<i>. </i></span></span></li> <li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Guru Ubur-ubur (<i>Jellyfish Teacher</i>). Berbanding terbalik dengan Guru Tembok Bata, guru tipe yang kedua ini sama sekali tidak memiliki ketegasan dan cenderung lemah dalam mengelola kelas, sehingga memungkinkan terjadinya kekacauan dan anarki di kelas.  Tidak memiliki aturan dan struktur yang jelas, serta seringkali menetapkan  aturan dan hukuman yang tidak konsisten. Guru tipe ini cenderung menggunakan ancaman dan emosional serta meremehkan proses pembelajaran. Sama halnya dengan tipe guru Tembok Bata (<i>Brickwall  Teacher), </i> guru tipe yang kedua ini  juga tidak memperhatikan kebutuhan siswa akan pengembangan kemampuan <i>Inner Discipline</i>-nya.</span></span></li> <li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Guru Tulang Punggung (<i>Backbone Teacher</i>). Guru tipe  ketiga  ini adalah guru yang senantiasa berusaha memberikan dukungan dan menyediakan struktur yang diperlukan siswa untuk menyadari keunikan dan mengenal diri yang sejatinya. Proses pembelajaran berlangsung secara demokratis dengan aturan yang sederhana tetapi jelas. Guru tipe yang ketiga ini selalu berusaha mendukung siswa untuk melakukan kegiatan yang kreatif, konstruktif dan bertanggung jawab, memotivasi siswa agar  dapat melakukan semua hal yang mereka miliki bisa. Guru Tulang Punggung (<i>Backbone Teacher</i>) berupaya membelajarkan siswa bagaimana berpikir dan memperoleh kepercayaan terhadap diri sendiri maupun  orang lain. Pada Guru Tulang Punggung (<i>Backbone Teacher</i>) inilah memungkinkan terjadinya pengembangan <i>Inner Discipline </i>siswa.</span></span></li> </ol> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Coloroso berkeyakinan bahwa dalam berhubungan dengan siswa, seorang guru seyogyanya dapat membantu siswa untuk mengembangkan <i>Inner Discipline-</i>nya. Dalam arti, membantu siswa agar mampu menunjukkan perilaku yang kreatif, konstruktif, kooperatif, dan bertanggung jawab, tanpa harus diatur dan dikendalikan orang lain. Siswa dibelajarkan untuk menerima masalah yang dimiikinya, mengambil tanggung jawab penuh atas masalah perilakunya  dan dapat mengambil  tindakan yang tepat untuk mengatasinya, bukan atas dasar rasa takut tetapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran bahwa memang itulah hal yang benar untuk dilakukan (<i>it is the right thing to do</i>).</span></span></div> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Teori <b>Inner Discipline</b><b> </b>meyakini bahwa setiap siswa pada dasarnya terhormat, oleh karena itu sudah sepatutnya mereka menerima perlakuan secara terhormat dan setiap saat dapat diperlakukan dengan tanpa harus melukai kehormatan dirinya.<i> </i>Langkah-langkah penerapan <i>Inner Discipline</i> dikembangkan dalam 6 (enam) tahapan, yaitu:  (1) identifikasi dan mendefinisikan masalah; (2) menentukan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya; (3) mengevaluasi pilihan-pilihan yang tersedia; (4) memilih salah satu pilihan yang ada; (5)  membuat sebuah rencana dan melaksanakannya; (6) melakukan retrospeksi, dengan mengevaluasi ulang masalah dan solusi yang dijalankan.</span></span></div> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Menurut Coloso, keenam langkah ini telah mencakup <b>3 R  tentang Disiplin</b>, yaitu: (1) <b>Restitusi</b>: memperbaiki kerusakan perilaku dan kepribadian  yang dialami siswa ; (2) <b>Resolusi</b>: menentukan cara untuk tidak membiarkan perilaku itu terjadi lagi atau dengan kata lain siswa dapat menerima apa yang yang telah dilakukannya dan memulai hal baru;  dan (3) <b>Rekonsiliasi</b>: proses penyembuhan, siswa dibelajarkan untuk menghormati rencana restitusi yang telah disepakati,  dan berkomitmen untuk berbuat sesuai dengan resolusi.</span></span></div> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Menjadi Guru Tulang Punggung (<i>Backbone Teacher</i>) yang mampu mengimplementasikan <i>Inner Discipline</i> sebagaimana disarankan oleh Coloso tentu bukan hal yang mudah, apalagi bagi guru-guru yang sudah kadung menjadi menjadi Guru Tembok Bata atau Guru Ubur-ubur,  tetapi barangkali itulah pilihan yang paling memungkinkan dalam konteks pendidikan saat ini, yang mengedepankan proses pemanusiaan manusia.</span></span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Bagaimana pendapat Anda?</b></span></span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="color: #cccccc;"><span style="font-size: x-small;"><i><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sumber : http://guraru.org</span></i></span></span></div>

Tipe Guru dalam Mendisiplinkan Siswa

Disiplin kelas, tata tertib kelas,  pengendalian kelas, manajemen kelas atau apapun namanya, merupakan hal yang amat krusial bagi seorang ...

.