
Saat
ini, kegiatan belajar lebih banyak dilakukan di sekolah dalam kondisi formal.
Dimana setiap siswa diharuskan untuk mengikuti berbagai standar kompetensi dari
bermacam-macam mata pelajaran yang disuguhkan setiap harinya. Menguasai materi
dalam waktu yang telah ditentukan dan tentu saja harus mengikuti ujian dengan
hasil yang harus memuaskan atau melebihi kriteria ketuntasan minimal (kkm). Hal
ini tentu memicu semangat para siswa untuk lebih giat belajar agar mendapat
nilai baik ketika ujian nantinya.
Namun
di sisi lain, hal ini memberi dampak buruk yang justru sangat fatal karena
mengurangi bahkan menghilangkan makna dari belajar itu sendiri. Kata belajar,
ujian dan nilai baik yang saling berkaitan ini membentuk paradigma para siswa
yang lebih mengutamakan nilai daripada pengetahuan yang didapatkan. Setiap
siswa terpicu untuk mendapatkan nilai tuntas dengan jalan apapun tanpa
mempertimbangkan pengetahuan apa yang sudah mereka dapatkan.
Hal
ini semakin diperparah ketika proses pengajaran remidial ditimbulkan dalam
kegiatan belajar. Bukan berarti pengajaran remidial tidak efektif dan efisien
bagi kegiatan belajar, karena pada dasarnya pengajaran remidial membantu para
guru untuk mengetahui kesulitan para siswa dalam belajar, sehingga hal tersebut
dapat diperbaiki. Namun, perealisasian pengajaran remidial yang salah dapat
menyebabkan semakin merosotnya kepedulian para siswa untuk belajar. Karena saat
ini remidial hanya dianggap sebagai suatu kegiatan yang dapat menuntaskan nilai
dalam sekejap. Penuntasan nilai ini tidak disertai dengan perbaikan yang
mendasar dari apa yang menjadi kekurangan para siswa dalam belajar. Remidial
hanya terbatas pada kegiatan “menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru” bagi
para siswa yang nilainya di bawah kkm dan kemudian dalam waktu singkat akan
mendapatkan nilai yang setara dengan kkm.
Fakta
ini membentuk siklus yang sangat miris dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Di mana setiap siswa belajar dan mengikuti ujian. Mereka kemudian mendapatkan
nilai sebagai bentuk penghargaan dan apabila nilai berada di bawah kkm, mereka
akan mengikuti remidial dan nilai yang setara dengan kkm akan segera berada di
dalam genggaman. Semuanya dijalankan tanpa harus menyadari sudah berapa banyak
pengetahuan yang didapatkan dalam proses belajar itu. Karena dalam pandangan
mereka, nilailah yang terutama.
Hal
ini tentu menjadi masalah dalam dunia pendidikan. Untuk itulah, semua proses
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah harus dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang benar sehingga tidak memberi makna yang buruk bagi para siswa
maupun guru. Melainkan memberi manfaat yang berarti bagi perkembangan ilmu dan
pengetahuan.
ITA EVANIA LASE
XI IPA 1
Web/Blog : ...
KOMENTARI "Saya Belajar, Saya Ujian, Saya Remidial, Saya Tuntas"
0 komentar:
Posting Komentar