Mai dan Rena adalah sahabat baik. Mereka selalu berbagi makanan kecil di sekolah. Juga berbagi dalam segala hal. Mereka selalu pergi dan melakukan hal bersama.

Biasanya, setelah pulang sekolah mereka bersepeda bersama ke taman untuk bermain ayunan. Di siang hari, mereka membeli es krim. Setelah itu, mereka pulang dan bermain bersama Mio, anjing Milik Mai sampai sore.

Rumah mereka bersebelahan. Mereka sering makan siang bersama. Jika Sabtu ini mereka makan siang di rumah Mai, maka minggu depannya, makan siang di rumah Rena.

Hari ini hari Sabtu. Mai pergi ke sekolah seperti biasa. Namun ada yang aneh dengan Rena.

“Selamat pagi, Rena?” Sapa Mai
“Pagi” balas Rena tidak semangat.
“kamu kenapa?” Tanya Mai.
“Tidak apa-apa” sahut Rena. 

Namun Mai tahu, Rena menyembunyikan sesuatu. Biasanya Rena akan kembali menyapanya dengan riang. Apakah ia membuat Rena marah? Namun ia sama sekali tidak berani kembali bertanya pada Rena. Hari itu akhirnya mereka habiskan dengan diam sepanjang hari. Mai tidak tahan lagi. Pulang sekolah ia kembali menegur Rena.

“Rena, kamu sebenarnya kenapa?”
Rena hanya diam saja.
“Aku punya salah, ya?”
Rena kembali diam.
“Kalau memang tidak ada mengapa kamu diam?  
Rena akhirnya berbicara

“Masa kamu tidak tahu? Mulai sekarang anjingmu tidak boleh lagi masuk ke halaman rumahku.” Tukas Rena menghentikan langkah Mai. Mai menatapnya bingung.

“Anjingmu mencuri!” Rena menjelaskan dengan yakin.

“Kemarin aku kehilangan bajuku di jemuran. Hari ini sandal dan topiku juga hilang.” Sambung Rena. Mai tercekat. Ia tidak percaya Rena menuduh anjingnya seperti itu.
“Masa anjingku kamu tuduh mencuri?” sanggah Mai.
“Kak Dauh melihat Mio menarik bajuku dari jemuran. Katanya, tadi pagi anjingmu juga sempat masuk ke halaman rumah. Lalu, sandal dan topiku hilang!”

“Kamu kan temanku! kenapa kamu percaya begitu saja.” Sahut Mai.
“Sudahlah,” Rena akhirnya pergi meninggalkan Mai sendirian.

Mai benar-benar tidak percaya. Ia tidak menyangka Rena menuduh anjingnya mencuri. Mai segera cepat-cepat pulang. Ia ingin menemui kak Dauh. Kak dauh adalah pembantu baru keluarga Rena. Baru beberapa bulan ini ia bekerja dirumah mereka. Sesampainya di rumah Rena, Mai melihat kak Dauh sedang menyapu halaman rumah Rena.

“Jadi, kalian bertengkar?” Tanya kak Dauh setelah Mai menceritakan kejadiannya dengan Rena disekolah.

“Kakak memang sempat melihat Mio menyeret baju Kemeja Rena kemarin. Padahal itu kan baju kesayangan Rena. Baru dibeli lagi. Sayangnya, kakak tidak sempat mengejar Mio.”

“Tidak mungkin” Tukas Mai. Mai sekarang benar-benar marah. Namun ia tidak menampakkan kemarahannya pada Kak Dauh. Setelah pamit, Ia  meninggalkan kak Dauh yang masih berdiri di halaman rumah Rena. Mai menolak ajakan Kak Dauh untuk menyuruhnya mampir ke rumah.

Mai berusaha mengingat-ingat, ada dimana Mio kemarin sore. Apakah ia keluar? Sejak kapan ia suka menarik-narik jemuran tetangga? Sepertinya ada yang salah…

Mai melangkah menuju rumahnya. Ia segera pergi ke kandang Mio disamping garasi. Tempat itu masih kosong dan bersih. Tidak ada satupun barang-barang disitu. Ia kembali pergi memeriksa sekeliling rumahnya. Namun, tidak ada barang-barang yang bukan milik keluarga Mai. Mai akhirnya memutuskan untuk menelepon Rena untuk meyakinkan bahwa anjingnya tidak mencuri.

“Halo, selamat siang. Ini Mai. Bisa bicara dengan Rena?”
Ternyata yang mengangkat telepon adalah Kiki, kakak Rena.
“Selamat siang, Mai. Mencari Rena, ya? Baru saja Rena pergi bersama Kak Dauh.”

“Oh, begitu. Ya sudah, kak. Terima kasih.”  Sahut mau Mai sambil meletakkan gagang telepon. Mai kecewa. 

Malam harinya Mai tidak bisa tidur tenang. Mai berpikir bahwa ia harus membuktikan bahwa Mio tidak mencuri. Bahkan kalau bisa, ia akan menangkap pencuri yang sebenarnya. 

Esoknya hari Minggu. Mai bangun pagi-pagi sekali ketika terdengar deru mobil di depan rumah. Mai segera bangun. Ia pergi mengintip dari ruang tamu. Siapa yang membunyikan suara mobil keras sekali? Ternyata itu mobil keluarganya Rena. Rupanya Minggu pagi itu Rena dan Keluarganya akan pergi. Ia melihat Kak Dauh menutup pagar, lalu masuk ke mobil. Ah, tiba- tiba terlintas ide di kepala Mai. Ini kesempatannya untuk mencari tahu bukti-bukti bahwa anjingnya memang tidak pernah mencuri. 

Mai kemudian bergegas mandi dan sarapan. Setelah itu ia segera berlari ke depan halaman rumah Rena. Ia mengajak Mio ikut bersamanya. Tanpa kesulitan, ia membuka pagar. Jemuran penuh pakaian dibiarkan di halaman. Jemurannya memang tidak tinggi. Seekor anjing pasti dapat melompat dan membawa lari kain yang terdapat pada jemuran itu. Mai mendapatkan ide lagi.

“Mio” Mai memanggil anjingnya dan menunjuk ke arah jemuran.
“Cepat, tarik!” Namun Mio malah berlari mendekati Mai.
“Bukan!” Mai Menggeleng tegas. Tangannya tetap menunjuk ke arah jemuran. Mio malah mengibaskan ekornya. Ia tidak tahu apa yang Mai inginkan.
“Ayo, ambil ini! Tarik!” Mai menunjuk kembali sebuah kemeja putih sambil memerintah.

Mulut Mio Malah menganga. Ia mengelilingi Mai dan menggosokkan tubuhnya dikaki Mai. Selalu saja begitu setiap kali Mai memerintahnya. Mungkin Mio mengira Mai mengajaknya bermain.

Mai kemudian melihat ke dalam rumah. Ternyata pintu terbuka sedikit, ada sepasang mata yang mengintip. Rena! Ternyata ia tidak pergi karena sakit. Rena tampaknya menyadari bahwa Mai telah melihatnya. Ia kemudian keluar.

Mai mendekati Rena.
“Terbukti, kan. Anjingku tidak mencuri. Ia tidak mengambil pakaian di jemuran.”
Rena diam saja.
“Mungkin ada pencuri yang masuk ke sini.”
“Kalau memang ada kenapa pencuri itu tidak mengambil semua pakaian. Aku tidak akan menuduh Mio kalau memang tidak ada saksi, Mai” Sahut Rena.
Kami berdiam diri. Tidak berbicara beberapa saat. Sampai akhirnya Mai sadar bahwa Mio sudah tidak terlihat lagi.
“Mio!” Panggil Mai.
Mai kemudian bergegas mencari. Rena mengikuti. Cukup lama mereka mencari Mio. Sampai akhirnya mereka menemukan Mio bermain sendirian di belakang rumah Rena. Mai segera berlari menghampiri Mio. Di sana juga ada kamar Kak Dauh. Pintunya terbuka. Lampu kamarnya juga masih menyala. Mungkin Kak Dauh yang terburu-buru pergi lupa menguncinya. Rena kemudian bergegas menutup pintu. Namun Rena melihat sesuatu. Ia melangkah ke dalam kamar . Mai juga ikut masuk. Rena melihat sebuah boneka  di atas tempat tidur. Dia mengambil boneka itu.

“Inikan boneka adikku! Kenapa bisa ada disini? Apakah Kak Dauh mencurinya?” seru Rena tidak percaya.

Kemudian tanpa perintah, mereka berdua memeriksa isi kamar. Dan benar saja. Rena akhirnya menemukan baju, topi, sandal, serta beberapa barang lain di bawah tempat tidur.

Mengapa Kak Dauh mencuri? Pertanyaan itu terjawab saat  keluarga Rena pulang sore hari. Kak Dauh terkejut sekali saat Rena dan Mai tahu bahwa pelaku sebenarnya adalah dia. Dia kelihatan gugup. Namun akhirnya ia mengaku juga.

“Kuambil untuk adik-adikku di kampung,” sahut Kak Dauh sambil menunduk.
“Kalau saja kakak meminta baik-baik, pasti aku berikan.” Kata Rena
Ayah dan ibu Rena akhirnya menasehati gadis itu. Lalu menyuruhnya minta maaf kepadaku. Wajah Kak Dauh semakinn memerah. Dia diam. Tapi Mai tahu betapa kak Dauh malu dan sangat menyesal.
Tentu saja. Siapa yang tak malu ketahuan berbohong dan memfitnah? Itu adalah perbuatan yang tercela.
Setelah Kejadian itu, Rena menghampiri Mai.
“Mai, aku minta maaf. Aku telah menjadi teman yang jahat dan sudah berpikir jelek tentang kamu. Aku terlalu ceroboh.

Mai mendekati Rena dan memeluknya. “Tentu saja aku memaafkanmu. Itulah gunanya teman. Aku mengerti kalau kamu kecewa. Cepatlah sembuh supaya kita bisa sama-sama bermain dan belajar di sekolah.” Kata Mai dengan tulus. Semua akhirnya berakhir dengan baik.

“Guk…guk…guk…” Mio menggonggong. Mai menghampiri Mio dan membelainya dengan sayang.




PATRICIA BR. TOBING
XI IPA 1
Web/Blog



Anda sibuk?
Tetap baca artikel terupdate dan terbaru dari Blog SMAN 1 Gunungsitoli melalui e-mail Anda (GRATIS). Caranya? Masukkan alamat e-mail Anda pada kotak berikut ini dan klik Daftar.

KOMENTARI "Anjingku Pencuri"

0 komentar:

 
Top