Sebuah
kelas di ujung sekolah. Teriakan, tawaan dan suara-suara keributan lain selalu
terdengar di sana. Kelas ini hanya terdiri dari 20 orang. Namun, keributan
mereka sungguh luar biasa. Jumlah mereka serasa beratus-ratus orang.
Pagi itu, tidak
ada yang berbeda dengan kelas ini. Prisil salah seorang siswi dalam kelas ini
sudah terlibat dalam pembicaraan dengan temannya. Ntah pembicaraan apa,
tampaknya mereka sangat asyik dengan hal itu. Tawa mereka sungguh luar biasa
hampir menyamai suara guntur yang menggelegar.
Beberapa menit
kemudian, seorang guru cantik memasuki kelas itu. Kedatangan guru tersebut
tidak begitu berefek pada mereka. Suasana hening tidak pernah menjamah kelas
itu.
“kita akan
memulai pelajaran kita.” kata guru itu memulai pembicaraan.
“Iya bu…” jawab
mereka semangat.
Mereka memang sangat ribut, namun mereka tergolong
anak-anak yang pintar dan serius dalam
belajar. Walaupun kadang-kadang, keributan mereka membahana disela-sela
pelajaran. Bagi mereka ribut tidak berarti tidak serius. Namun, kali ini
sepertinya mereka tidak beruntung. Guru
itu memarahi mereka. Mereka memang sering kena marah, tapi kali ini sepertinya
lebih parah dari biasanya. Guru itu keluar dari
ruang kelas dengan begitu marah.
Esok harinya,
seperti biasa, mereka menjalani hidup mereka dengan tenang. Mikaela, sahabat
Prisil, datang lebih cepat dari Prisil. Tidak seperti biasanya yang datang 10
menit sebelum bel berbunyi. Beberapa menit kemudian, Prisil datang. Mereka
bercakap-cakap membahas hal yang tidak penting dan tawa pun mulai menghiasi
pembicaraan mereka. Beberapa menit kemudian, bel berbunyi. Pelajaran kembali
dimulai. Bagi beberapa orang, belajar sangat berharga bagi mereka. Meskipun,
ada sebagian kecil yang menganggap belajar merupakan bencana . Satu hari ini,
mereka lalui seperti biasanya. Prisil dan Mikaela bergegas menyusun buku dan
langsung menuju pagar sekolah.
Esok
harinya, Prisil kembali memulai kehidupannya. Ia segera bergegas-gegas menuju
sekolah. Sesampai di sekolah, Prisil meletakkan tas nya dan ikut dalam
pembicaraan teman-teman sekelasnya yang heboh.
Waktu sudah
menunjukkan 07.25. seharusnya Mikaela sudah sampai disekolah. Prisil mulai
gelisah. Ia takut terjadi apa-apa dengan sahabatnya. Biasanya, ketika Mikaela
tidak ke sekolah, ia pasti memberitahu terlebih dahulu pada Prisil. Namun untuk
kali ini tidak.
“
teng...teng...teng...” bel berbunyi.
Pelajaran
kembali di mulai. Namun hari ini, Prisil tidak seperti biasanya. Biasanya, ia
fokus ketika megikuti pelajaran. Namun hari ini tidak. Di tengah-tengah
pelajaran, satpam datang ke kelas mereka. Ternyata, ia memberitahu kalau
Mikaela sedang sakit. Prisil semakin tidak tenang. Ia memutuskan untuk
menjenguk sahabatnya sepulang sekolah.
Bel pun berbunyi. Prisil
segera bergegas menyusun bukunya dan langsung menuju rumah Mikaela.
Sesampainya di
rumah Mikaela, ia langsung mengetuk pintu. Ternyata, Mikaela sekarang sedang
berada di rumah sakit. Tantenya mengatakan bahwa kemarin malam Mikaela demam
tinggi. Dan setelah diperiksa, ia ternyata sakit demam berdarah dan harus
diopname di rumah sakit.
Mendengar itu,
Prisil segera menuju rumah sakit. Dan akhirnya, ia ketemu dengan sahabatnya.
Ketika Prisil melihat sahabatnya yang sekarang terbaring lemah di tempat tidur,
ia merasa sedih dan iba.
Prisil dan Mikaela
berbincang-bincang. Mereka pun kembali diselimuti tawa dan perasaan bahagia.
Mereka berdua senang bisa kembali berbicara. Tak terasa, mereka menghabiskan 1
jam untuk bercanda.
Prisil pamit
pulang pada Mikaela dan Orangtua Mikaela.
“ terimakasih ya , nak, sudah mau menjenguk
Mikaela. Dia dari tadi murung dan gak mau makan. Tapi, karena kamu datang, kami
bisa melihat Mikaela tertawa kembali” kata orangtua Mikaela.
“sama-sama tan. Mikaela kan sahabat saya.
Saya pasti menjenguk nya tiap hari. Kalau begitu, saya permisi dulu ya bu”
jawab Prisil dan segera pulang menuju rumah.
Selama seminggu
Mikaela tidak sekolah, selama seminggu juga Prisil tidak pernah absen menjenguk
sahabatnya. Ia juga selalu membawa pelajaran dan mengajari Mikaela agar tidak
ketinggalan pelajaran disekolah.
Akhirnya, Mikaela
diizinkan dokter untuk pulang ke rumah. Prisil ada ketika Mikaela keluar dari
rumah sakit. Dan ada satu kata yang diucapkan Mikaela yang tak akan pernah dilupakan
oleh Prisil
“terima kasih. Kamu
adalah SAHABATku dan MALAIKAT PELINDUNGku”
EUMENTARI LADINA
XI IPA 1
Web/blog : .....
KOMENTARI "Malaikat Pelindung"
0 komentar:
Posting Komentar