Aku ga tahu entah kapan
pertama kali aku mendengar ungkapan, “janganlah melihat orang dari kulitnya, tp
lihat lah isinya”. Atau mungkin lebih tepat kalau dikatakan, “janganlah menilai
orang itu dari sisi luarnya, tapi lihatlah hatinya”.

Yuk kita lihat dari sisi yang lain. Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan
citra-Nya. Dan saya yakin, semua agama mengajarkan hal itu. Meskipun begitu,
bukan berarti semua manusia sama. Manusia itu punya rupa yang berbeda-beda
dengan karakter yang berbeda-beda pula. Misalnya, ada yang wajahnya
cantik/tampan tapi perangainya buruk, dan ada juga yang justru sebaliknya,
punya tampang yang buruk tapi karakternya patut untuk diteladani, dll. Emank
sih, semuanya tidak mutlak seperti itu. Ada juga yang secara fisik baik dan
mempunyai sikap yang baik pula, dan tak jarang juga yang punya (maaf)
paras yg kurang elok, memiliki sikap yang sesuai dengan rupanya. Tentu saja
masing2 punya peran tersendiri, agar dunia ini seimbang. Yah, Sang Pencipta
pasti telah mengatur itu semua.
Kalau dari sisi pandang manusia, saya pikir semuanya relatif. Maksudnya,
manusia itu punya cara pandang yang berbeda untuk melihat sesamanya.
Misalnya, apa yang anda lihat cantik belum tentu cantik menurut orang lain. Dan
demikian pula sebaliknya, apa yang anda anggap buruk belum tentu menurut orang
lain. Benar nggak.? Contohnya, si Aris menganggap kalau si Bina mempunyai paras
yang kurang dia sukai. Tapi menurut si Charis, si Bina bagaikan bidadari yang
jatuh dari langit. (Mungkin aja si bidadari jatuh di aspal, makanya mukanya
jadi sedikit penyok, kata si Aris. wkwkwkwk).
Tapi mereka berdua koq bisa berbeda ya.? Wajar aja koq, tiap2
manusia kan punya tipe dan selera yang berbeda-beda. Jadi nggak mengherankan
kalau hal ini sering terjadi.
Sepertinya manusia tidak memiliki kesamaan ya, dalam melihat
dan menilai sesamanya..?
Selamanya hal ini akan menjadi misteri bagi saya, sebelum
pengalaman mengajarkan saya satu hal yang sangat penting, bahwa sebenarnya ada
yang sama…
Tian (nama samaran) adalah seorang anak yang yatim dan memang berasal
dari keluarga yang sangat serba sederhana. Dapat dikatakan, hidupnya tak
seberuntung manusia yang lainnya. Waktu dia kecil, hidupnya memang tak terlalu
susah. Dia hidup dan tumbuh layaknya anak-anak pada umumnya. Tapi semuanya
berubah ketika dia menginjak usia dewasa. Bertubi-tubi kemalangan dia alami.
Dia menjadi anak yatim pada umurnya yang masih belia, kemudian cita-citanya
kandas ditengah jalan, dan banyak hal-hal lain yang membuat orang2 disekitarnya
merasa iba kalau melihat dia. Dia sempat merasa putus asa dan beberapa kali
mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Wajar saja, di usia yang seperti itu emosi
masih sangat labil, apalagi kalau mengalami cobaan hidup yang sangat berat. Di
dalam kekalutannya, dia berusaha mencari penghiburan. Nah dibagian inilah dunia
berperan.
Dia mulai jatuh di jalan yang salah. Terkapar di dalam kesenangan dunia yang
fana. Dia mulai berkutat dalam hidup yang sangat buruk. Merokok, minum minuman
keras bahkan mengkonsumsi narkoba. Tak jarang dia melawan ibunya. Yang ada
dalam benaknya adalah bagaimana caranya agar derita hari ini tidak dia rasakan
hari ini, tak peduli dengan yang terjadi esok hari. Intinya, ku juga ga bisa
menggambarkan betapa hancurnya hidup si Tian ini.
Dia menjalani hidup yang seperti itu cukup lama. Dan banyak sekali
perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perangainya menjadi buruk,
kasar dan tidak santun lagi. Apalagi secara fisik. Tubuhnya menjadi kurus
kering, tinggal tulang pembalut kulit. Eh salah.. ! Maksudnya, tinggal kulit
pembalut tulang. Wajahnya tidak menggambarkan usianya. Di usianya yang
masih tergolong belia, dia kelihatan seperti seorang yang telah berumur 80
tahun.. (wah, tragis amat). Duh yang penting, rupanya tak lagi mirip
manusia, lebih cenderung mirip iblis. Dia sangat hina, bahkan bayangan tubuhnya
sendiri meludahi dia.
Tibalah suatu saat, Tuhan merasa iba padanya. Tuhan akhirnya menegur dia dan
mengutus seseorang untuk dia, yang bertugas untuk memperbaiki perilakunya yang
kelak membawanya ke neraka. Pertemuan yang tidak disengaja, namun kita pasti
sependapat kalau saya mengatakan bahwa itu semua telah diatur oleh DIA.
Singkat cerita disinilah cinta berperan mengalahkan dunia.
Entah bagaimana dia sangat mencintai gadis itu lebih daripada dia mencintai
dirinya sendiri. Bahkan saking cintanya, dia rela melakukan apapun terhadap
gadis itu. Ya, dia rela melakukan apapun, termasuk memendam rasa cintanya
terhadap si gadis. (Loh, koq dipendam ya.?)
Selama 2 tahun lebih dia merasakan siksa yang indah karena cinta. Selama itu
pula perangainya berubah. Dia lebih suka menyendiri dan mengkhayalkan gadis
impiannya. Di dalam kesendiriannya, dia terkadang menangis dan mulai belajar
berdoa kepada si Pencipta gadis itu. Dia mulai berpikir untuk berhenti dari
sikap buruknya yang kelak bisa saja menjadi penghambat doanya kepada Tuhan.
Intinya dia telah berubah total. Tian yang dulunya telah disesatkan oleh dunia,
kini telah diselamatkan oleh cinta…
Namun ada satu yang tak bisa berubah, yaitu tampangnya..
Tuhanpun akhirnya senang dan tersenyum padanya, karena anakNYA telah kembali.
Dan DIA mengabulkan doa si Tian. Dia menganugerahkan si gadis kepada si Tian.
Huhuyyy, betapa senangnya dia ya..
Namun disinilah awal dari pelajaran yang sesungguhnya..
Setelah membangun sebuah hubungan dengan si gadis, hari-hari si Tian jadi lebih
berwarna, jadi lebih hidup dan semuanya menjadi lebih semangat. Timbul rasa
optimis untuk meraih cita-citanya yang baru, yaitu hidup bersama dengan si
gadis. Tapi, impiannya tidak berjalan dengan mulus.
Terkadang kalau dia membandingkan dirinya dengan si gadis, sering timbul rasa
putus asa. Kenapa.? Karena mereka sungguhlah jauh berbeda. Si gadis itu
sangatlah cantik dan hidup serta tumbuh di keluarga yang sangat terpandang.
Sementara si Tian, dengan parasnya yang jelek dan hidupnya yang melarat, apalah
yang bisa dia andalkan.? (Akupun heran, koq bisa ya si gadis itu mau
menerima si Tian..)
Hmmmm,, namun semua itu tak mampu membendung cinta yang sangat
besar dan impian yang dalam dalam hatinya terhadap si gadis. Hingga akhirnya
dia mengambil tekad, “apapun yang terjadi, dia harus mendapatkan gadis itu”.
(wooooowwwwww..)
Langkah pertama yang dia lakukan adalah mulai menata kembali masa depannya. Dia
mulai lagi duduk dibangku kuliah dan serius untuk belajar. Yah, meskipun tak
tergolong pintar tapi dia juga tak tergolong bodoh koq.. Kemudian dia mulai
mendekatkan diri kepada Tuhannya. Dia aktif di kegiatan-kegiatan Gereja. Trus
dia mulai berhenti merokok, memakai narkoba dan minum minuman keras. (Meskipun
katanya, dia belum berhenti total merokok, xixixixixi).Semua
perubahan-perubahan positif itu dia lakukan demi si gadis pujaan hati. Dia
ingin mengikis rasa tidak senang orang terhadapnya. Dan yang paling penting
adalah dia ingin membahagiakan si gadis, kelak ketika mereka telah bersatu.
Namun ada satu hal lagi yang belum dia lakukan, yaitu bertemu
dengan keluarga si gadis.
Inilah langkah terberat yang harus dia tempuh. Dia ragu, takut dan merasa tidak
percaya diri untuk memperkenalkan dirinya terhadap keluarga si gadis. Dia
merasa tak punya modal cukup untuk merebut hati dan simpati keluarga si gadis
terhadap dia. Dan memang benar…!!!!!!! Dia hanya mengandalkan Tuhannya dan
berharap ada sedikit keberuntungan yang berpihak padanya.
Dengan hati yang berdebar dia memutuskan untuk menemui keluarga si gadis. (Di
bagian ini, dia bercerita sambil menangis)
Seperti yang telah dia duga sebelumnya. Dia tidak berhasil mendapatkan simpati
dari mereka. Dia tidak mampu mengambil hati dari keluarga si gadis dengan
keadaannya yang seperti itu. Belumpun dia menceritakan semua tentang dirinya,
latar belakangnya dan status sosialnya, mereka telah merasa tak senang. Nampak
dari sorot mata mereka. Rasa jijik yang terpancar dan rasa muak yang ada,
ketika mereka melihat seonggok manusia yang bertampang buruk dan kering datang
menginjakkan kaki kerumah mereka. Hinaan mulai terlontar dari mulut mereka.
Caci dan maki yang dia dengar. Kata-kata yang menyayat hati yang menyambut dia
ketika dia memasuki rumah itu. Mereka meremehkan dia. Seakan-akan mereka ingin
meludahi kotoran yang ada di depan mereka. Di hati mereka, dia tak lebih dari
seorang binatang.
Tak ada rasa suka, apalagi rasa simpatik yang dia rasakan di rumah itu. Dia
jelas-jelas ditolak masuk ke keluarga mereka. Tak pantas kata mereka. Tak
pantas manusia yang hina, manusia yang miskin dan manusia yang tak memiliki
masa depan, menjadi bagian dari keluarga mereka yang terpandang..
Tak terasa air mata mengalir dipipi si Tian. Dia pun berlalu
dan berhenti bercerita, ingin meratapi sampulnya..
Akupun merenung. Dan mulai berpikir tentang sebuah jawaban. Ku datangi setiap
orang dan mulai melihat sikap mereka. Ku coba untuk menjadi mata dan hati
mereka. Ku ingin melihat dan merasakan cara mereka melihat dan menilai sesama
mereka. Semuanya mempunyai sebuah kesamaan, yaitu KESAN PERTAMA.
Ya, mereka tak peduli akan isimu. Mereka hanya ingin, sampulmu terkesan baik
terhadap mereka ketika mereka pertama sekali melihat kamu. Apabila kamu gagal,
maka sebaik apapun isimu, semulia apapun sikapmu, selamanya akan terkubur oleh
sampulmu yang buruk.
Ada yang ingin membatah..??????
Coba bayangkan yang terjadi dalam dirimu. Memang semuanya anda lakukan tanpa
anda sadari. Terkadang anda tak terima dan merasa illfeel terhadap seseorang
yang tampangnya menurut anda tidak sesuai dengan kriteria anda. Dan lebih
tragisnya, saat anda pertama sekali melihat sampulnya, anda tidak berniat lagi
untuk melihat bagaimana isinya. Itulah yang sering anda lakukan.
Memilukan memang, tapi itulah mata manusia. Atau mungkin lebih
tepatnya, mayoritas manusia lebih cenderung melihat sampul dari pada isi..
Harapanku, janganlah lagi ada sesama kita manusia yang menjadi
TIAN-TIAN berikutnya karena percayalah, SEMUA MANUSIA SAMA DI MATA TUHAN..
AGUNG FIRMAN JAYA GULO
XI IPA
Web/Blog : ...
KOMENTARI "Kisah Nyata dari Sebuah Sampul yang Buruk.."
0 komentar:
Posting Komentar